Kamis, 03 November 2016

Sejarah punden desa keben

LEGENDA KI AGENG NGALAS KEBEN

Sekilas Sejarah Majapahit 
Setelah runtuhnya kerajaan Singosari, dengan berbagai kekuatan yang dihimpun oleh Raden Wijaya di awal tahun 1286 Masehi, akhirnya Jaka sesuruh atau Raden wijaya bersama para punggawanya berusaha mendirikan sebuah kerajaan di Pulau Jawa bagian timur, yang kemudian hari kerajaan tersebut dikenal dengan nama kerajaan Majapahit.
Tepatnya pada tanggal 15 bulan kartika – tahun 1215 saka, atau  bertepatan pada tanggal 10 November – tahun 1293 Masehi, kerajaan Majapahit secara resmi brdiri di pulau Jawa dan Raden Wijaya menjadi raja pertama kerajaan Majapahit, dengann menyandang gelar sebagai prabu Bratana Kerta – Rajasa Giri Wardhana.
Masa – masa puncak kejayaan Majapahit muncul ketika kerajaan tersebut di pimpin oleh seorang raja bernama Hayam Wuruk. Atas kesetiaan dan perjuangan Maha Patihnya Gajah Mada, kerajaan Majapahit berkisar tahun 1364 Masehi berhasil menguasai seluruh tanah jawa – sumatra, dan beberapa tahun kemudian maha patihnya Gajah Mada memperluas wilayah kekuasaan Majapahit hingga ke daerah Asia Tenggara.
Setelah  meninggalnya Sri Baduga Hayam Wuruk pada tahun 1389 Masehi, kepemimpinan kerajaan Majapahit mulai diperintah oleh seorang raja yang bergelar Brawijaya I hingga sampai kepada Brawijaya V.
Brawijaya V yang memiliki nama asli Raden Alit atau Bhre kertabumi merupakan raja terakhir semenjak berdirinnya kerajaan Majapahit.
Brawijaya V saat memerintah kerajaan Majapahit memiliki banyak sekali garwo selir yang jumlahnya mencapai kurang lebih 43 garwo selir. Sehingga putra – putri Brawijaya V saat itu jumlahnya mencapai lebih dari dua kali lipat jumlah garwo selir atau berkisar lebih dari 90 keturunan. 

Bagus Mas Syuro Pandan 

Salah satu daftar nama dari garwo selir Brawijaya V adalah Nyai Mas Sekar Pandan Sari. Dari pernikahan tersebut mereka diberi karunia dua orang anak bernama Bagus Mas Syuro Pandan dan Ayu Mas Sekar Pandan Wangi. 
Dan Bagus Mas Syuro Pandan dikemudian hari era awal pergerakan Islam Wali Songo di daerah jawa bagian utara khusunya dikadipaten Pati sangat masyhur disebut sebagai ki Ageng Ngalas Keben. Yang saat ini makamnya berada di desa keben, kecamatan Tambakromo, kabupaten Pati – Jawa Tengah.
Sebagai putra Brawijaya V, Bagus Mas Syuro Pandan di usia   dewasa secara aktif mempelajari teknik perang dan ilmu pemerintahan. Apalagi pada masa itu kerajaan Majapahit sedang menghadapi berbagai pemberontakan dibeberapa wilayah kekuasaanya.
Suatu hari terjadilah insiden perselisihan sengit antara Brawijaya V dengan salah satu pejabat elit dikerajaan Majapahit bernama demang Suryo Ngalam. Dari perseteruan antar dua kubu yang tidak kunjung padam itulah, demang suryo Ngalam dengan simbul kesaktian tombak payung naga dan di bantu oleh beberapa kelompok pemberontak menghimpun kekuatan diluar istana dengan tujuan akan memberontak dan menyerang Majapahit, sekaligus membunuh sang Brawijaya V.
Setelah melihat kekuatan yang dihimpun demang Suryo Ngalam sangat membahayakan keselamatan istana Majapahit, akhirnya sang raja mengutus beberapa puterannya menumpas pemberontak pimpinan Demang Suryo Ngalam.
Di antara nama – nama putera yang diutus sang Raja saat itu, dua diantarannya bernama bagus Mas Syuro Pandan dan Lembu Kanigoro ( Betoro Katong ). Dengan kesetiaan dan bekal teknik perang yang handal, akhirnya para putera istana majapahit mampu menumpas para pemberontak yang dipelopori oleh sang Demang.
Demang Suryo ngalam akhirnya tewas di medan pertempuran, sedangkan tombak payung naga menjadi simbul kesaktiannya dapat direbut dan dibawa keistana untuk diberikan kepada ayahanda mereka Prabu Brawijaya V.
Atas keberhasilan para putera puterinya dalam mengemban tugas kerajaan, dengan berbangga hati sang Raja memberikan penghargaan kepada mereka, di antarannya Lembu Kanigoro ( Betoro Katong ) diberi kepercayaan memiliki tombak sakti payung naga, dan Bagus Mas Syuro Pandan di angkat menjadi pejabat elit istana kerajaan dengan menyandang gelar sebagai kanjeng Noto Sastro Wijoyo Syardulo Kembar.

Peranan Bagus Mas Syuro Pandan Saat Majapahit Runtuh

Istilah Syardulo kembar ( macan kembar ) disamping sebagai gelar yang dimiliki oleh Bagus Mas Syuro Pandan ternyata dikemudian hari di sinyalir bahwa Syardulo Kembar adalah salah satu nama pusaka ampuh kerajaan Majapahit yang diberikan secara rahasia oleh sang raja kepada Bagus Mas Syuro Pandan sebelum runtuhnya Majapahit.
Pada masa diangkatnya Bagus Mas Syuro Pandan menjadi pejabat elit istana majapahit, pergerakan Islam yang dibawa oleh Para Wali Songo ketika itu sudah memiliki pengaruh yang sangat kuat dilingkup istana ataupun diluar wilayah istana majapahit.
Apalagi ibunda lembu Kanigoro ( Betoro Katong ) istri dari Brawijaya V yang bernama Dewi Campa adalah seorang muslimah. Bahkan Lembu Kanigoro sendiri sejak kecil sudah beragama Islam, meskipun sang Prabu Brawijaya V masih memeluk agama Hindu akan tetapi sang raja tidak pernah melarang keluargannya ataupun rakyatnya memeluk agama islam.
Kedekatan Bagus Mas Syuro Pandan dengan Lembu Kanigoro yang terjalin semenjak bertugas  menumpas pemberontak Demang Suryo Ngalam, menjadikan Bagus Mas Syuro Pandan memiliki minat belajar tentang ajaran Islam. Namun ketika itu Bagus Mas Syuro
 Pandan yang masih beragama Hindu belum bersedia berpindah agama Islam, dikarenakan  ibundannya yang bernama Nyai Mas Sekar Pandan Sari saat itu termasuk penganut ajaran Hindu yang sangat taat di lingkup istana kerajaan.
Pada awal tahun 1400 saka atau 1478 masehi, pemberontakan yang terjadi dilingkup kerajaan Majapahit semakin tidak bisa dibendung lagi, pengaruh sang raja dilingkup istana mulai melemah, para pejabat elit kerajaan berangsur – angsur lari dari istana demi menyelamatkan diri.
Dengan ini tandai “Sirno Ilang Kertaning Bumi” tepat pada akhir tahun 1478 masehi, kerajaan majapahit akhirnya runtuh, sang raja bersama para garwo selir dan putera – puteri raja keluar dari ancaman para pemberontak.
Sebagian besar keluarga Istana ada yang lari bepencar dari sang raja, dan sebagian lagi ikut bersama Brawijaya V bersembunyi digunung lawu. Yang ketika itu wilayah gunung lawu terkenal gawat dan sama sekali belum pernah di jamah oleh manusia. Maka sangatlah tepat bagi Brawijaya V dan keluargannya bersembunyi digunung lawu, karena tidak mungkin para pemberontak memiliki nyali mengejar mereka digunung yang angker dan penuh misteri tersebut.
Pada masa pelarian keluarga besar istana Majapahit ke Gunung Lawu, Bagus Mas Syuro Pandan bisa dikatakan sebagai salah satu laskar garda depan yang menjadi ujung tombak keselamatan keluarga Istana dari kejaran para musuh.
Bahkan pernah suatu ketika seorang adipati cepu bersama prajuritnya sempat memiliki untuk mengepung keluarga Brawijaya V digunung lawu. Namun sebelum adipati cepu sampai dilereng gunung lawu. Sang putera raja majapahit Bagus Mas Syuro Pandan Melalui bekal kesaktian pusaka  Syardulo kembar, menghimpun seluruh harimau yang berada digunung lawu , harimau yang berjumlah ratusan –pun berkumpul menjadi satu, tunduk dibawah perintah Bagus Mas Syuro Pandan mereka diajak turun gunung untuk menyerang adipati cepu dan prajuritnya. Demi menggagalkan perburuan mereka terhadap keluarga istana.
Setelah melihat Bagus Mas Syuro Pandan memegang pusaka ampuh Majapahit yang dijuluki Syardulo kembar, belum lagi melihat Bagus Mas Syuro Pandan membawa pasukan harimau beringas yang berjumlah ratusan, menjadikan adipati cepu dan prajuritnya miris dan ketakutan sendiri. Hingga sebelum terjadi pertempuran merekapun menyerah paksa dan kemudian kembali ke cepu tanpa membawa hasil. Sehingga sang raja dan keluarga istana dapat kembali dengan selamat dari perburuan mereka atas jasa Bagus Mas Syuro Pandan.
Ketika keluarga Istna dan sang Parbu Brawijaya V dirasa aman dalam persembunyiannya digunung lawu, sang prabu mengutus beberapa punggawa dan anak – anaknya turun gunung, untuk babat alas diwilayah baru demi meneruskan kelestarian keturunan Majapahit di pulau Jawa.
Dan akhirnya Bagus Mas Syuro bersama ibunnya Nyai Mas Sekar Pandan sari termasuk adik kandungnya Ayu Mas Pandan Wangi yang dianggap kuat untuk melanjutkan perjuangan majapahit, juga diutus untuk turun gunung, dengan membawa perintah membuka wilayah baru ( babat alas ) dibagian jawa bagian utara.
Perjalanan  Bagus Mas Syuro Pandan Bertemu Gurunnya
Setelah mendapat perintah babat alas, akhirnnya Bagus Mas Syuro Pandan bersama ibunnya Nyai Mas Sekar Pandan sari termasuk adik kandungnya Ayu Mas Pandan Wangi akhirnya turun gunung dan berpisah dengan sang Prabu Brawijaya V, berjalan menuju ke arah utara pulau jawa dengan membawa bekal hidup secukupnya.
Meskipun belum beragama Islam, namun ketertarikannya dalam mempelajari ajaran Islam sangatlah kuat, hingga membuat Bagus Mas Syuro Pandan berniat ingin mulai menemui salah satu tokoh Wali songo, dengan harapan selain ingin mendapatkan pengayoman dengan kata lain Bagus Mas Syuro pandan sangat berharap bisa belajar tentang Islam dari wali Songo. Namun dilain pihak dirinnya tetap bertekat membawa amanah  saang Prabu Brawijaya V untuk babat alas di wilayah jawa bagian utara.
Ditengah perjalanan tiba – tiba ibunda dan adiknya Bagus Mas Syuro Pandan sempat terserang wabah penyakit yang aneh disekujur kulit tubuhnya mereka muncul lebam warna merah kecoklatan, ditambah lagi suhu tubuhnya makin panas dan terlihat sangat menyiksa ibu serta adiknya.
Melihat kondisi ibu dan adiknnya sakit seperti itu Bagus Mas Syuro Pandan sangatlah panik, dan bertekat akan mencarikan obat untuk ibu dan adiknya. 
Sebelum berangkat mencari kesembuhan ibu dan asiknya, terlebih dahulu Bagus Mas Syuro pandan mencari tempat persembunyian yang paling aman untuk merak berdua. Kemudian ditemukanlah sebuah goa ditengah hutan yang disinyalir  terletak diwilayah kekuasaan kadipaten Pati. 
Setelah itu ibu dan asiknya terlihat aman didalam gua, baru Bagus Mas Syuro pandan keluar gua, sewaktu dalam perjalanannya, Bagus Mas Syuro pandan bertemu dengan rombongan kuda yang jumlahnya tidak lebih dari sepuluh orang.
Dalam benak Bagus Mas Syuro pandan mengira mereka adalah kelompok pasukan pemberontak kerajaan majapahit, tanpa banyak berpikir dan merasa memiliki keampuhan pusaka Syardulo kembar, Bagus Mas Syuro pandan langsung menantang rombongan berkuda tersebut untuk diajak bertanding melawan dirinnya.
Anehnya, justru rombongan berkuda tersebut tidak terlihat panik dan tidak menanggapi tantangan tersebut, justru salah satu penunggang kuda yang terlihat wajahnya putih bersih dan bersinar berkata kepadannya “ wahai kisanak, aku bersama rombonganku sedang mengadakan perjalanan pulan dari demak menuju gresik, aku bukanlah pemberontak kerajaan Majapahit, ketahuilah, justru saat ini ibu dan adikmu yang sedang berada di dalam gua membutuhkan pertolongan dan kesembuhan”.
Mendengar ucapan itu, sontak Bagus Mas Syuro pandan kaget, dirinnya  tidak habis pikir kenapa orang itu tahu tentang suatu perkara yang sedang dialaminnya. Dirinnya pun menyakini bahwa orang tersebut pasti memiliki keampuhan yang luar biasa. Akhirnnya emosinnya secara berangsur –angsur mulai merada.

Kemudian sosok penunggang kuda berwajah putih tersebut berkata kembali “perkenalkan kisanak, namaku Ibrahim As – samar-qandy, dan mereaka bersamaku adalah murid – muridku”.
Mendengarkan ucapan tersebut, Bagus Mas Syuro pandan gemetar, luluh dan spontan bersujud di hadapan seseorang yang menyebut dirinya Ibrahim As – Samar-qandy, karena dia teringat bahwa dulu sahabat sekaligus saudarannya yang bernama kebo kanigoro ( betoro katong ) pernah bercerita bahwa salah satu nama tokoh wali songo yang sangat disegani ditanah jawa adalah kanjeng sunan gresik yang mempunyai nama asli Syekh Maulana Makhdum Ibrahim Syamarakandi. Seorang ulama Besar dan tabib ampuh anak dari syekh Jumadil Kubro. Rupanya Niat Bagus Mas Syuro pandan untuk bertemu salah satu tokoh wali songo rupanya terkabulkan juga. 
Dengan penuh penyesalan Bagus Mas Syuro pandan minta ampun kepada Beliau. Justru dengan kemuliaan dan kerendahan hati seorang waliyullah, kanjeng sunan gresik malah menawarkan diri membantu menyembuhkan ibu dan adiknya yang saat itu sedang diserang oleh wabah penyakit yang penuh misteri tersebut.
Singkat cerita, akhirnya kanjeng sunan gresik, meminta Bagus Mas Syuro pandan mengantarkan beliau dan murid – muridnya menuju gua dimana ibu dan adiknya sedang membutuhkan pertolongan.
Setelah sampai di gua, kanjeng sunan gresik mengambil air yang berada di mulut gua yang kemudian air tersebut diberikan kepada Ayu mas pandan wangi dan Nyai mas sekar pandan sari.
Setelah air tersebut diminum oleh mereka berdua, melalui karomah yang dimiliki kanjeng sunan secara perlahan – lahan ibu dan adik Bagus Mas Syuro pandan dapat sembuh dari penyakit yang sebelumnya diderita oleh mereka, sebagai rasa terimakasih saat itu juga Bagus Mas Syuro pandan, Nyai mas sekar pandan sari dan Ayu mas pandan wangi meminta kanjeng sunan membimbing mereka mengucapkan dua kalimat syahadat dan resmilah mereka memeluk agama Islam atas dasar keinginannya sendiri.
Gua dan aliran sungai yang berada tempat tersebut adalah saksi bisu dimana keluarga istana Majapahit telah resmi masuk Islam. Kanjeng sunan gresik merasa bersyukur dan bahagia. Dalam rangka untuk mewujudkan rasa syukur itu kanjeng sunan gresik berkata “ gua dan sungai ini merupakan saksi dimana mereka para keluarga Istana Majapahit mendapat kemenangan dari Allah SWT. Ketahuilah suatu hari nanti gua ini akan banyak dikunjungi orang, karena Atas ijin Alloh, sungai yang mengalir di mulut gua ini nantinya dapat di gunakan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit” demikian sabda Kanjeng Sunan terhadap tempat yang penuh berkah tersebut. Sedangkan gua tersebut. Sedangkan gua tersebut di kemudain hari di sebut dengan Gua Wareh, yang berasal dari kata Warisane Poro Linuweh (Peninggalannya Wali berkaromah).
Tidak disangka ketiga mu’alaf tersebut tiba-tiba memiliki inisiatif ingin belajar Islam lebih daam lagi sekaligus berminat ingin menjadi sepenuhnya kepada Kanjeng Sunan Gresik, akan tetapi beliau melarang meraka, karena Brawijaya V terlebih dahulu memberi amanah kepada mereka untuk babat alas dan hal itu harus diwujudkan  karena dalam ajaran islam jika seseorang sudah menerima amanah maka harus di tepati dengan sekuat tenaga.
Singkat cerita Kanjeng Sunan Gresik memberi perintah kepada mereka untuk mewujudkan perintah Brawijaya V dan berjalan menuju utara untuk berguru kepada Putera Syekh Malaya saat itu berada di gunung muria.
Syekh Malaya adalah nama lain dari Kanjeng Sunan Kalijaga, sedangkan anaknya yang di sedang berada di gunung muria adalah Raden Umar Said atau Kanjeng Sunan Muria..
Setelah bertemu Kanjeng Sunan Muria, meskipun saat itu umur Kanjeng Sunan jauh lebih muda dari usia Bagus Mas Syuro Pandan, namun Bagus Mas Syuro Pandan atau Kanjeng Noto Wijoyo Syardulo Kembar tetap setia berguru dan mengabdi kepada Kanjeng Sunan Muria dengan tulus dan ikhlas demi menepati janji amanah yang telah di berikan kepadanya dari Kanjeng Sunan Gresik.
Munculnya Nama Ki Ageng Ngalas Keben
Setelah berhasil menguasai ajaran Islam, Bagus Mas Syuro Pandan di jodohkan oleh Kanjeng Sunan Muria dengan salah satu anak santrinya yang bernama Dewi Siti Ambarsona, sekaligus memberi nama Islam kepada Bagus Mas Syuro Pandan dengan nama Syekh Ahmad.
Demi terselenggaranya syair Islam di pulau jawa, Bagus Mas Syuro Pandan bersama Istrinya Dewi Siti Ambarsona termasuk ibunda dan adiknya, dengan penuh semangat bahu membahu mereka mencari wilayah yang tepat (babat alas) untuk  tempat tinggal di wilayah hutan Tambak romo yang ketikaitu terjenal sangat gawat, apalagi konon kabarnya hutan tersebut berada dalam kekuasaan raja jin sakti bernama Gulu Kendeng, dimana prajurit berjumlah hingga ribuan.
Istana Gulu Kendeng tidak bisa di lihat oleh kasab mata, kecuali orang yang ampuj saja yang dapat menyaksikannya. Keampuhan Bagus Mas Syuro Pandan tidak berhenti hanya sekedar melihat istana jin  Gulu Kendeng saja, bahkan Bagus Mas Syuro Pandan memiliki kemampuan bernegosiasi langsung dengan jin Gulu Kendeng sebelum babat alas di wilayah tersebut di mulai.
Ternyata Gulu Kendeng sendiri sudah terlebih dahulu mengenal Bagus Mas Syuro Pandan. Gulu Kendeng, sosok jin penguasa hutan Tambak romo itu tahu bahwa sesungguhnya Bagus Mas Syuro Pandan adalah putera raha Majapahit Brawijaya V.
Singkat cerita negoisasi antara Gulu Kendeng dengan Bagus Mas Syuro Pandan sempat a lot, yang intinya Gulu Kendeng melarang keluarga istana Majapahit babat alas di hutan tersebut. Namun berkat kecerdikan dan keampuhan Bagus Mas Syuro Pandan, akhirnya Gulu Kendeng luluh dan mempersilahkan murid Kanjeng Sunan Muria tersebut membuka wilayah tempat tinggal di daerah kekuasaannya.
Beberapa alasan yang menjadikan Gulu Kendeng luluh adalah saat Bagus Mas Syuro Pandan memberikan pusaka ampuh Majapahit Kiyai Syardulo Kembar kepadanya secara Cuma-Cuma. Selain itu Bagus Mas Syuro Pandan bersedia menghimpun seluruh harimau yang berada diseluruh wilayah hutan Kadipaten Pati agar mereka mengabdi di istana kerajaannya. Dan semua itu di buktikan secara nyata oleh putra Brawijawa V tersebut di hadapannya.
Ketka masih di hadapan Raja Jin Gulu Kendeng. Bagus Mas Syuro Pandan dengan ke ampuhannya mendatangkan ratusan macan dari berbagai arah hutan di wilayah Kadipaten Pati. Ratusan macab-pun berdatangan, kumpul menjadi satu dan tunduk dihadapan Bagus Mas Syuro Pandan, kemudian macan-macan tersebut di perintah untuk taat dan setia kepada raja Jin Gulu Kendeng. Sepontan ratusan macan mengaum seperti memberi isyarat siap melaksanakan perintahnya.
Melihat kesaktian dan kebijaksanaan Bagus Mas Syuro Pandan yang sangat luar biasa, belum lagi pusaka Kiyai Syardulo Kembar yang menjadi simbul kesaktiannya diberikan secara Cuma-Cuma tanpa pamprih apapun, menjadikan Gulu Kendeng simpati dan berbalik arah, yang tadinya melarang malah justru akan mengerahkan prajuritnya membantu Bagus Mas Syuro Pandan alias Kanjeng Noto Sastro Wijoyo Syardulo Kembar untuk babat alas di wilayah hutan tambak romo. Dan dari keluarga keturuna Brawijaya V memulai hidup baru.
Pada masa wilayah kekuasaan Majapahit di tanah jawa sebelum runtuh, rupanya Kdipaten Pati termasuk dalam daftar pisuwan agung, artinya Kadipaten adalah wilayah kekuasaan Majapahit dan termasuk wilayah kadipaten yang di istimewakan oleh istana Majapahit, bahkan pada masa setelah runtuhnyakerajaan Majapahit, wilayah kekuasaan dan budaya kadipaten pati masih sepenuhnya di warnai dengan nuasa Majapahit. Sehingga Bagus Mas Syuro Pandan dan keluarganya semakin hari semakin betah tinggal di wilayah tersebut.
Akan tetapi demi mengelabihi musuh, Bagus Mas Syuro Pandan atau Kanjeng Noto Sastri Syardulo Kembar atau Syek Ahmad tetap menutupi identitasnya sebagai putera Brawijaya V. Di samping untuk penyelamatan diri, dirinya juga berharap dalam penyebaran agama Islam yang dibawah nantimya tidak menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat kadipaten pati yang saat itu secara keseluruhan belum sepenuhnya memeluk agama islam
Info kesaktian dan kemampuan Bagus Mas Syuro Pandan atau Kaneng Noto Sastro Syardulo Kembar dalam keberhasilannya bernegoisasi dengan raja jin Gulu Kendeng semakin lama semakin santer di bicarakan oleh masyarakat kadipaten pati. Yang akhirnya info tersebut di dengar oleh penguasa kadipaten pat yang bernama Raden Tambronegoro.
Sang Raden penguasa Kadipaten Pati akhirnya memanggil Bagus Mas Syuro Pandan untuk bertemu dengannya di dalam lingkup istana Kadipaten Pati. Setelah tahu Bagus Mas Syuro Pandan adalah putra keturunan Brawijaya V dan memiliki keberhasilan bernegosasi dengan  Gulu Kendeng penguasa hutan tambak romo, sang Raden merasa bangga dan langsung mengangkat Bagus Mas Syuro Pandan sebagai Guru Ajar Kasepuhan (Tokoh Spiritual) Kadipaten Pati. Hingga di kemudian hari banyak sekali masyarakat kadipaten. Hingga di kemudian hari banyak sekali masyarakat kadipaten pati berdatangan menemuinya sekaligus berguru kepadanya.
Selain menjabat sebagai Guru Ajar Kasepuhan, suatu hari Bagus Mas Syuro Pandan menerima hadiah dari penguasa Kadipaten Pati berupa pohon syakral peninggalan kerajaan Majapahit di sebut sebagai pohon keben.
Pohon keben di masa kerajaan Majapahit masih terdiri di pulau jawa adalah salah satu pohon yang sangat di syakralkan oleh masyarakat majapahit. Di samping pohon yang terbilang langka, unik dan syakral. Pohon tersebut dulunya di jadikan sebagai simbul perdamaian antar kerajaan di pulau jawa.
Keberhasilan Bagus Mas Syuro Pandan dalam mendamaikan hubungan antara masyarakat kadipaten pati dengan wilayah kekuasaan keraton Jin Gulu Kendeng, merupakan dasar yang sangat tepat apabila dirinya menerima penghargaan pohon syakral kerajaan yang di beri julukan pohon keben.
Semenjak itu masyarakat kadipaten pati mulai menyebutkan sebagai Ki Ageng Ngalas Keben yang artinnya seorang Kesatria Linuwih yang memiliki keampuhan mempersatukan dan mendamaikan berbagai hubungan nyata dan mistis di wilayah kadipaten pati.
Dan kelak tempat tinggal Bagus Mas Syuro Pandan atau Kanjeng Noto Sastro Wijoyo Syardulo Kembar atau Ki Ageng Ngalas Keben atau Syekh Ahmad di namakan Tlatah Keben atau Desa Keben yang artinya Wilayah perdamaian.
Bila lambang kadipaten pati berupa keris rambut pinutung dan keluk kanigoro di jadikan simbul kekuasaan dan persatuan pemerintah pati. Maka keris Syardulo kembar dan pohon keben yang dimiliki Ki Ageng Ngalas Keben merupakan simbul tunduk dan patuhnya seorang tokoh kasepuhan kepada Kadipaten  Pati demi terselenggaranya pengayoman dan perdamaian.
Nasab Ki Ageng Ngalas Keben
Bagus Mas Syuro Pandan atau Kanjeng Noto Sastro Wijoyo Syardulo Kembar atau Syekh Ahmad atau Ki Ageng Ngalas Keben adalah Putera Brawijaya V Raja terakhir Kerajaan Majapahit. Ibunya bernama Nyai Mas Sekar Pandan Sari. Istrinya bernama Dewi Siti Ambarsona. Dan adiknya Bernama Ayu Mas Pandan Sari.
Wa-Allohu `Alam
Sumber Naskah :
1. Babat Tanah Jawa
2. Serat Kasepuhan Sejarah Brawijaya V
3. Babat Majapahit
4. Tooh Masyarakat dan Ulama Ahli Sejarah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar